Sepenggal cerita kebersamaan Cibulers
menjamah Pulau Tidung di akhir Juni..
menjamah Pulau Tidung di akhir Juni..
Perjalanan ke Pulau Tidung kali ini memang bukan perjalanan murni backpacking mengingat perjalanannya bersama dengan serombongan (lumayan besar) teman-teman yang membawa temannya, pacar, atau bahkan anaknya. Kami memutuskan untuk melakukan perjalanan melalui salah satu travel dari sekian banyak travel agency yang menawarkan liburan ke Pulau Tidung Kepulauan Seribu. Selain harga yang kami hitung-hitung tidak jauh berbeda dengan berangkat secara mandiri, kami juga mempertimbangkan fasilitas yang ditawarkan. Dan satu hal yang paling menarik perhatian kami adalah adanya tawaran underwater photo. Hhoho *jogetkayangdilaut*.
Muara Angke
Rencana awal keberangkatan kami dari Muara Angke pukul 07.00, tapi
tiba-tiba ada pengumuman mendadak H-sekian yang memaksa kami untuk menumpang
kapal jam 10.00. Ga apa-apa lah, karena jadwal pulang jadi mundur juga untuk
mengganti waktu yang ‘hilang’.
Yang sudah pernah ke Pelabuhan Muara Angke pasti hafal deh
sambutannya. Bukan welcome drink atau
tarian hula-hula ala nelayan. Tapi bau amis yang menyengat sampai ubun-ubun.
Hhe, saya memang paling ga tahan sama bau-bauan yang ‘unik’ begini. Kami mengunggu
beberapa saat di pom bensin pelabuhan yang ternyata memang menjadi semacam waiting room bagi para pelancong yang
akan berangkat ke Kepulauan Seribu. Kapal agak terlambat – ternyata macet
Jakarta bukan hanya di darat – dan panasnya minta ampun secara di tepi laut ya.
(Non Complete) Girls Team |
Manfaat menggunakan jasa travel mulai terasa sejak menaiki kapal. Ditengah antrian masuk setelah menunggu penumpang yang turun dari kapal, kami semacam mendapat previlege dengan menaiki kapal terlebih dulu sebelum penumpang lainnya. Ternyata kapal tanpa tempat duduk alias kami harus ngesot duduk dilantai kapal yang sudah dilapisi alas. Kami akhirnya memilih tempat di pinggiran kapal agar bisa melihat keluar (antisipasi mabuk laut ).
Suasana di dalam Kapal Menuju Pulau Tidung |
Snorkeling
Indahnya Pulau Payung, hijau dan birunya lautan, terumbu karang, ikan warna warni dan semua isi lautan bikin kita ga menyesal sampai kesini. I really enjoy it! Tapi yah, sebiru dan sehijau-hijaunya lautan yang tampak segar minta ampun tetep aja.. rasanya super asiiin. Jujur deh, saya memang sudah minum entah berapa banyak air waktu snorkeling, alatnya ga begitu oke, sering bocor ke mulut dan hidung, ada juga yang alatnya suka bocor di mata. Hmm.. Soal berenang sih saya ga masalah, tapi kalau ketemu asinnya air yang ga ketulungan dan karangnya yang meskipun bagusnya minta ampun tapi sebagian besar taringnya kemana-mana itu, jadi suka gelagapan sendiri. Akhirnya saya yang sengaja ga pakai life jacket dan fins dapet banyak oleh-oleh ‘ciuman’ terumbu karang. Selain itu, kalau mau foto underwater memang harus lepas life jacket dan snorkel (alat bantu pernapasan). Ternyata sama sekali ga gampang untuk menyelam. Badan kebawa keatas terus. Intinya butuh perjuangan extra dan semangat ’45 buat foto underwater doank. Hho.. Dan agak menyesal ketika camera yang digunakan bukan underwater camera beneran, tapi digital camera biasa yang ‘dibungkus’. Hasilnya? Pastinya ga se-oke yang kita harapkan. Padahal udah megap-megap dan minum ‘oralit alami’ (air laut) banyak-banyak.. Hhehe.. Yah, ga apa-apa deh dari pada ga ada sama sekali ƪ(˘▿˘)ʃ
Indahnya Pulau Payung, hijau dan birunya lautan, terumbu karang, ikan warna warni dan semua isi lautan bikin kita ga menyesal sampai kesini. I really enjoy it! Tapi yah, sebiru dan sehijau-hijaunya lautan yang tampak segar minta ampun tetep aja.. rasanya super asiiin. Jujur deh, saya memang sudah minum entah berapa banyak air waktu snorkeling, alatnya ga begitu oke, sering bocor ke mulut dan hidung, ada juga yang alatnya suka bocor di mata. Hmm.. Soal berenang sih saya ga masalah, tapi kalau ketemu asinnya air yang ga ketulungan dan karangnya yang meskipun bagusnya minta ampun tapi sebagian besar taringnya kemana-mana itu, jadi suka gelagapan sendiri. Akhirnya saya yang sengaja ga pakai life jacket dan fins dapet banyak oleh-oleh ‘ciuman’ terumbu karang. Selain itu, kalau mau foto underwater memang harus lepas life jacket dan snorkel (alat bantu pernapasan). Ternyata sama sekali ga gampang untuk menyelam. Badan kebawa keatas terus. Intinya butuh perjuangan extra dan semangat ’45 buat foto underwater doank. Hho.. Dan agak menyesal ketika camera yang digunakan bukan underwater camera beneran, tapi digital camera biasa yang ‘dibungkus’. Hasilnya? Pastinya ga se-oke yang kita harapkan. Padahal udah megap-megap dan minum ‘oralit alami’ (air laut) banyak-banyak.. Hhehe.. Yah, ga apa-apa deh dari pada ga ada sama sekali ƪ(˘▿˘)ʃ
Cibulers's Snorkeling Time |
bbq time!
Malemnya kita mulai jalan-jalan di sekeliling melihat pemandangan dan memulai acara BBQ. Well, sejujurnya tanpa banyolan-banyolan ga waras dari temen-temen Cibulers (nama anehnya ini bikinan si Ketua Tur buat dipasang di spanduk [!!] (“‾▿‾)) ini bakal hambar kalau mengingat makanan yang dipanggang secara apa apadanya ini (ayam dan ikan kembung – it isn’t seafood, anyway..).
Selesai ber-BBQ ‘ria’, berakhirlah malam pertama kami di Pulau Tidung,
kami perempuan bertujuh dalam satu kamar dengan setengah badan atas di kasur
dan setengah badan bawah nangkring di tembok. Owyeah.. (to be continued..)
No comments:
Post a Comment