Pages

Friday 24 June 2016

[Book Review] Dilan: Dia Adalah Dilanku Tahun 1990 by Pidi Baiq


Berawal dari penasaran karena mendengar banyak rekomendasi untuk membaca buku ini, akhirnya mulailah saya membaca novel ini. 

Secara umum, ini novel ringan masa SMA dengan cerita yang membawa kita serasa kembali ke masa-masa SMA tahun 1990-an. Lucu buat 'cemilan' ringan disela-sela kesibukan. 

Dan.. mungkin seperti banyak orang lainnya, saya jatuh cinta. Jatuh cinta pada tokoh Dilan dan ide si penulis untuk membuat setiap kata-kata dan tingkah laku Dilan begitu menarik, lucu, dan membuat banyak orang jatuh cinta. Saya banyak ketawa karena Dilan. Di sisi lain cukup wah juga karena penulis 'berani' membuat beberapa pembaca (termasuk saya) sebal dengan tokoh utama (perempuan), yang umumya tokoh utama dibuat protagonis. 

Sayangnya sejauh ini hanya itu saja yang membuat saya jatuh cinta. Karena mungkin (kali ini) tidak seperti banyak orang lainnya yang telah membaca buku ini, saya merasa sangat terganggu dengan gaya bahasa dan penulisan novel ini. Saya merasa membaca rough draft. Untuk pertama kalinya, berkali-kali saya mengecek siapa editornya: editornya ngapain aja niih? pemilihan katanya suka ngaco - baku dan tidak baku bercampur jadi satu, rasanya persis seperti membaca diary yang ditulis waktu jaman smp/sma, penulisan hurufnya pun berantakan. Sebenarnya, kalau memang mau santai pun tidak apa, bahasa non formal sekalian tapi tetap terstruktur dengan bahasa yang rapi. Mungkin ini memang semacam 'keunikan' cara penulis - bagi yang menyukai gaya penulisannya - yang tidak cocok saja dengan saya. 

Buat saya sayang aja sih, ditengah rasa menikmati alur dan terhibur akan tokoh Dilan, harus gemas dengan tata bahasanya. Ini hanya pendapat saya pribadi, maaf bagi penggemar novel ini.

Saya akan tetap membaca buku kedua sih (Dilan Bagian Kedua: Dia Adalah Dilanku Tahun 1991). Bukan apa-apa, lebih karena.. Dilan :)

_____

UPDATE:
Denger-denger katanya bakal ada buku baru dari Pidi Baiq yang masih berhubungan dengan buku Dilan, tapi bukan serial lanjutan dari buku Dilan maupun Dilan Bagian Kedua. Saya expect banyak dari buku ini, - atau setidaknya saya berharap lebih dari buku ini dibandingkan dari buku seri Dilan. Karena kali ini, buku itu akan bercerita dari sudut pandang Dilan, seseorang yang punya pemikiran yang menarik, lucu, kemampuan menulisnya bagus, dan.. orang yang bikin saya penasaran kabarnya setelah membaca buku DIlan Bagian Kedua :) Apa kabar kamu, Dilan?