Pages

Tuesday 9 December 2014

Co Host for My Trip My Adventure to Sumba [Part 3]

the mysterious Weekuri Lake (this picture taken from here)


Cuaca hari kedua berubah cepat, cuaca panas berganti dengan awan mendung dan tiba-tiba hujan. Ini hari pertama turun hujan di sana. Pas banget kami lagi ngetrip begini. Tapi toh akhirnya kita tetap lanjut ke destinasi selanjutnya, Danau Weekuri. Perjalanan ga terlalu jauh dari tebing Pantai Mandorak, tapi medannya menantang banget, dan dengan Willys Jeep saat hujan begini sukses bikin kami menggigil kedinginan.

Perjalanan untuk sampai ke sini yang penuh perjuangan ga sia-sia. Danau Weekuri ini ternyata ga kalah keren. Dikelilingi pohon-pohon bakau yang hijau terlihat cantik sekaligus misterius, airnya jernih banget, bagian dasarnya sampai terlihat dari permukaan. Begitu sampai, bawaannya pengen langsung lari dan lompat ke danau. Tapi karena danaunya ga terlalu dalem, jadi kami cari aman dengan terjun santai macem di kolam renang. Hehe. Eh, begitu masuk ke dalam air, yang ada perasaan lega. Ternyata airnya ga dingin seperti yang kami bayangkan, cenderung hangat malah. Kami yang sudah menggigil kedinginan makin betah deh berenang-renang di danau. Menyenangkan! 

Meskipun sumber utama airnya datang dari laut, tapi rasa airnya payau, mungkin karena sudah tercampur dengan air hujan. Well, di sini pun saya ga lepas diusilin duo host ini. Heran, aadaa aja ide ngerjain orang. Satu hal yang bikin saya bersyukur, at least saya bisa berenang. Hhihi.. kan ngeri juga dikerjain di dalam danau begini tanpa kemampuan berenang. Ada saat saya mau bales ngerjain mereka, tapi rasanya ga ada yang berhasil. Saya terlalu ringan kayaknya buat mereka berdua, hheheu. Tapi dengan keusilan mereka setidaknya bikin saya ga awkward dan nyaman ngetrip bareng mereka.

Monday 8 December 2014

Co Host for My Trip My Adventure to Sumba [Part 2]


Hari yang ditunggu-tunggu dengan cerah ceria tapi gugup setengah hidup datang juga. H+1 setelah ulang tahun saya, berangkatlah saya pagi-pagi buta ke Soetta Airport. Saya berangkat bareng PIC dari Advan dengan flight Jakarta – Bali jam 5.00 WIB. Dari Bali, kami melanjutkan perjalanan jam 12.00 WITA, full team dengan kru Trans Tv, termasuk 2 host MTMA, Vicky Nitinegoro dan Denny Sumargo. Dan akhirnya setelah perjalanan panjang, sampailah kami di Sumba Barat. Suasananya mengingatkan saya saat saya datang ke Dili, Timor Leste, 3 tahun lalu. Well, mungkin karena lokasinya yang berdekatan.


Sunset dari atas tebing Pantai Mandorak

Tujuan pertama kami adalah Pantai Mandorak di Sumba Barat Daya. Dari airport ke pantai ini cukup jauh, sekitar 2 jam perjalanan nyaris tanpa macet, berjarak sekitar 42 Km dari Tambolaka Ibukota Kabupaten Sumba Barat Daya. Melewati jalan berkelok-kelok di atas bukit, naik dan turun sampai akhirnya di suatu daerah yang semakin jarang terdapat rumah penduduk ataupun kendaraan bermotor, jauh dari kota dan keramaian, kanan kiri dipenuhi dengan ilalang dan tanpa lampu jalan, lebih banyak penduduk lokal yang berjalan kaki sambil menuntun kerbaunya pulang.

Sampai akhirnya kami tiba di salah satu tebing tinggi Pantai Mandorak. Tempat yang terkenal dengan pemandangan sunset-nya yang super. Dan terbukti, di sini keren banget sunset-nya, totally! Menikmati sunset dengan suara ombak air pasang yang bertabrakan dengan bebatuan dan tebing-tebing di sepanjang pantai, airnya yang jernih biru kehijauan, pasir putih, langit yang terasa luas dan tebing yang cantik. What a wonderful sight. Pantai Mandorak seperti surga kecil nyaris tak terjamah dibalik tebing :)

Akhirnya dimalam pertama, kami tinggal di salah satu rumah warga asing yang merupakan anggota foundation asing yang sudah cukup lama tinggal di Indonesia. Rumahnya merupakan bangunan dengan konsep rumah adat dengan beberapa modifikasi, menghadap kearah laut dengan teras kayu tanpa atap. Dan ternyata pemandangan dahsyat ga hanya saat sunset, pemandangan malamnya pun juga ga kalah memikat. Saya seperti berdiri dengan teropong bintang tak terlihat. Langitnya jernih, bintang-bintang bermunculan semakin jelas memenuhi seluruh lembaran langit malam. Percaya deh, ini-kece-banget! Saya ga akan berhenti bosan memandang langit malam di sini. Malam ini, serasa bangsa Na’vi dalam film Avatar, kami tidur di atas hammock yang ternyata nyaman juga untuk tidur hingga pagi datang.

Sunday 7 December 2014

Co Host for My Trip My Adventure to Sumba [Part 1]


Suatu siang di kantor, tiba-tiba handphone saya memanggil-manggil. Setengah hati mau angkat telepon karena nomor Jakarta yang ga dikenal, tapi toh akhirnya saya angkat juga. Dan saat itu juga perasaan saya tiba-tiba seperti di bolak-balik. Ternyata itu telepon dari detik.com yang mengabarkan kalau saya masuk kandidat pemenang terakhir My Trip My Adventure Co-Host Hunt Season 2 dan dalam waktu satu jam saya diminta untuk mengirimkan video ala host My Trip My Adventure.

Oh. My. God. 

Oke, seneng, panik, grogi, ragu-ragu karena berbagai alasan yang ada saat itu. Tapi akhirnya saya buat juga video yang diminta. Diam-diam menyelinap keluar mencari ruang kosong – dan berakhir di salah satu toilet kantor yang syukur banget ternyata airnya lagi macet, jadi ga bakal ada yang masuk. Tanpa pengalaman jadi host apapun sebelumnya – paling juga jadi jadi mc buat meeting acara kantor .__. – dan bermodal temen kantor dan kamera hapenya, ah plus toilet kantor, akhirnya jadi juga videonya. Yippey! 

‘Beres, tinggal kirim’, pikir saya.

Tapi ternyata ga berhenti sampai situ tantangannya. Hak! Alamat email yang dijanjikan buat kirim videonya ga masuk, di email saya yang manapun dan folder apapun. Saya coba tanya ke twitter, facebook dan bahkan email redaksi detik.com ga ada jawaban. Sempet nyaris semacam mental breakdown (haha apa deh Sy, lebay!). Tapi karena ga mau usaha saya bikin video dan convert video yang ga bisa ke kirim via email karena ukurannya yang terlalu gede, akhirnya pake jurus ‘sebodo-amat’ akhirnya saya kirim videonya ke email redaksi dan admin detik.com. Dibaca atau ga, dilihat atau ga saya serahkan selanjutnya ke yang Maha Kuasa deh. Meskipun penasaran setengah mati, akhirnya toh saya pasrah aja. Kenyataan jadi kandidat 10 besar pemenang ke-4 dari ribuan pendaftar aja saya udah seneng, karena awalnya saya ngerasa banyak melakukan 'kebodohan' waktu daftar. Hhehe..

Tapi ternyata takdir berkata lain. Sore itu juga, saat saya baru aja menginjakkan kaki di kamar, salah satu kru Trans Tv mengabarkan saya kalau saya akhirnya terpilih jadi pemenang ke Sumba. 

Kayaknya perlu saya capslock: MENANG CO-HOST MY TRIP MY ADVENTURE KE SUMBA!
Yahoooo~! 

Udah pengen tereak sambil salto di tempat aja, tapi saya memilih menahan diri daripada nanti malah dianggep ga waras dan batal jadi pemenang. Tantangan selanjutnya, ijin cuti 3 hari saat H-3 juga butuh effort yang ga biasa. Dengan bantuan doa dari si mamah, temen-temen, juga dengan kekuatan bulan si Sailormoon, akhirnya saya dapet ijin juga. 

Huhu thanks a lot God. It feels like an early surprise birthday gift for me. Awesome! :'D

dengan 'semena-mena' saya malah pasang pas foto ala KTP, which is hal yang selalu saya hindarin --"

Wednesday 18 June 2014

Roti Tissu dan Teh Tarik a-la Martabak Gapa Medan


Ini kali pertama saya benar-benar menginjakkan kaki di Medan. Sebelumnya saya hanya numpang transit beberapa jam di airport. Perjalanan kali ini bukan khusus untuk liburan, tapi karena pekerjaan yang membawa saya ke sini. Bagaimanapun, perjalanan ini tentu aja saya manfaatkan sebaik-baiknya.

Kebetulan salah satu teman baik saya, teman serumah, seangkatan, sejurusan waktu kuliah adalah orang Medan dan masih tinggal di Medan. Akhirnya, malam hari pertama di Medan, saya dibawa keliling di daerah pusat Kota Medan. mulai dari daerah-daerah bangunan bersejarah seperti Istana Maimun, Tjong A Fie Mansion, Masjid Raya Medan sampai ke beberapa tempat gaul anak Medan, salah satunya Merdeka Walk. Sayang banget, kecuali Merdeka Walk, kami cuma numpang lewat karena waktu yang sangat sempit. Hhehe.

Setelah berkeliling ke beberapa tempat, saya akhirnya dibawa ke salah satu tempat makan di kawasan Lapangan Merdeka, Martabak Gapa. Meskipun letaknya di pinggir jalan, gerai martabak ini hampir selalu ramai pengunjung, termasuk non-weekend seperti hari ini. Menjual menu khas Malaysia dan India, salah satu menu yang paling hits di sini adalah Roti Tissu (IDR 23k). 



Seperti namanya, roti yang berbahan dasar tepung, telur, susu dan mentega ini di panggang di atas wajan datar dan dibentangkan hingga ukurannya sangat lebar dan tipis seperti tissu. Begitu matang, secepat kilat bentangan roti tissu ini ditarik di bagian ujungnya hingga berbentuk kerucut dan di siram dengan susu kental manis cokelat dan taburan keju. Teknik pembuatannya yang unik dan ukurannya yang tinggi menjulang membuat siapapun jadi tertarik melihatnya. Apalagi buat foodism seperti saya, pengen cepet-cepet pesen, foto, makan, share! Hhehe. Berhubung minuman khas sini dan kebetulan juga salah satu kesukaan saya adalah Teh Tarik (IDR 10k), akhirnya saya pesan kopi hitam. Eh, Teh Tarik donk :p



Seperti yang terlihat, Roti Tissu-nya terasa renyah, manis dan sedikit asin karena taburan keju. Pada bagian-bagian tertentu, roti tissu ini ada yang terasa lebih tebal sehingga terasa kesan ‘roti’-nya. Dengan ukuran yang jumbo ini, saya memilih berbagi dengan teman saya. Tau-tau udah berasa kenyang, aja. Untuk Teh Tarik-nya sendiri, rasanya cukup unik dan agak pahit. Berbeda dengan Teh Tarik kebanyakan yang pernah saya coba. Karena pada dasarnya saya agak anti sama pahit, saya sih lebih suka Teh Tarik yang biasa saya minum aja deh. Hehehhe. Bukan berarti rasanya ga enak sih, ini masalah selera aja.


Location
Martabak Gapa
Jalan Perniagaan Ujung
(Depan Lapangan Merdeka)
Medan, Indonesia
Phone: 081375725151

Opening Hours 

Everyday 17:00 – 24:00 pm

Friday 23 May 2014

Steak Kambing ala Kambing Bakar Cairo


Jarum jam dinding semakin mendekat ke arah angka 5 dan 12, sudah lewat hampir satu jam dari jam kantor. Sebagian teman-teman kantor sudah menempelkan jarinya di finger print dan bergegas pulang. Saya masih berdiam diri di depan meja sambil mengutak-atik laporan selang-seling dengan browsing.

Tiba-tiba suara teman kantor memanggil, “Cibull, sini deh.. Aku restuin kamu sama si anu”. “Hemh??”, balas saya sambil sadar ga sadar pasang muka shock-pahit setelah beranjak mendatangi mejanya dan ternyata digodain begitu.

“Hahaha… ngambing yuk! Yuuukk! Enak banget deh kambing bakar”, katanya.
“Hmm.. ayok aja. Kapan?”, tanya saya.
Dan yang lain pada sorak,”Tuh.. kaan, kalo ngajak Cibul soal makanan mah gampang banget”. Ah sial, berasa dijebak tes kerakusan. Kan jadi maluh.. *belagak malu malu kucing*
“Yaaiiiyy! Sekarang yuk, siap-siap yah, aku udah laper banget! Aaah akhirnya. Oke!”, katanya girang sambil peluk sana sini. Saya sendiri meskipun masih flustered akhirnya manut aja beberes tas.

Karena lokasinya yang ga jauh dari kantor dan sudah pesan taksi, dalam beberapa menit kami sampai di depan resto Kambing Bakar Cairo, dengan pasukan tambahan yang ga disengaja karena mood-nya tiba-tiba berubah.

Lokasi Kambing Bakar Cairo ini ga terlalu terlihat dari depan jalan raya, tapi untuk menuju ke sini sama sekali ga sulit. Cukup belok sedikit dari Jalan Raya Melawai, tepat di sebelah d’Solo. Seperti kebanyakan resto lainnya, resto ini menyediakan tempat makan di sisi luar ruangan (outdoor) dan di dalam ruangan (indoor) sebagai non smooking area. Awalnya kami memilih di luar karena terasa lebih sejuk dan santai, tapi karena hujan deras yang tiba-tiba mengguyur Jakarta hingga membuat suara kami tenggelam di dalamnya, akhinya kami memutuskan untuk pindah ke dalam ruangan. Lalalala suara kami muncul lagi. Bagian indoor didominasi dengan warna-wana kayu dengan tempat duduk yang terbuat dari rotan. Lampu-lampu gantung yang agak sendu membuat suasananya cukup cozy tanpa mengganggu pemandangan saat makan.