Ada yang suka makanan Aceh? Ayo, yang
suka makanan Aceh acung kakiii!
Meskipun bukan penggila, tapi saya juga suka makanan
Aceh, terutama mie Aceh dan Ayam Tangkap. Kadang suka muncul-mucul sendiri
ngidamnya. Untungnya di depan kantor ada tenda makanan Aceh yang sederhana,
tapi jangan salah, rasanya ga sesederhana itu. Tapi ternyata selama bulan
Puasa, Tenda Aceh ga buka lapak.
Akhirnya saya dan partner wisata kuliner memutuskan merantau
ke Aceh mencicipi makanan Aceh di RM
Aceh Seulawah di daerah Benhil (Bendungan
Hilir) untuk buka puasa. Di kawasan ini banyak berderet tempat makanan,
apalagi kalau Bulan Puasa begini, ada bazaar Ramadhan dekat Pasar Benhil yang
menjual berbagai makanan, cemilan, dan takjil untuk berbuka puasa. Bahkan
sekali waktu saya sempat lihat bazaar ini buka dari pagi sampai sore. Lihat
makanan bertumpuk-tumpuk gitu jadi bikin tergoda. Tapi puasa tetep jalan dengan
lancar terkendali dong.. – padahal tahan napas setiap lewat
Lokasinya tepat di depan RSAL Dr. Mintoharjo di sebelah RM. Padang. Rumah makan ini memang terlihat sederhana sekali, bukan rumah makan mewah, tapi kebersihannya cukup terjaga dan begitu masuk kita disuguhkan pemandangan dengan puluhan hiasan di dinding yang sebagian besar berupa piring porselen lawas bertanda tangan plus kesan dari ‘tamu-tamu kehormatan’ RM. Seulawah. Ternyata rumah makan ini cukup terkenal juga. Dengan bangunan lama, RM Seulawah ga terlalu luas, hanya terdapat sekitar 10 meja yang berdekatan. Usut punya usut ternyata rumah makan ini sudah berdiri sejak 9 tahun yang lalu, dan usahanya sendiri bahkan sudah berumur sekitar 17 tahun. Hm.. pantas lah. Diluar suasananya, pegawainya sendiri cukup ramah dan mereka jadi lebih ‘terlihat’ karena berseragam.
Begitu duduk, seperti biasa, kami
langsung disodori daftar menu. Ada beragam menu yang ditawarkan, dari yang
mulai makanan umum seperti Mie Aceh, Nasi Goreng Aceh, dan Ayam Tangkap, sampai
menu Kepala Ikan, Gulai Ikan Hiu, Paeh Engkout Bileh (Pepes), Keumamah (ikan
kayu), Sayur Pliu, Sambal Ganja, dan masih banyak lagi. Karena puasa, saya jadi
pengen yang segar-segar, akhirnya saya pesan Mie Aceh Rebus Spesial dan mas Ito pesan Nasi Goreng Kambing. Untuk minumnya kami pesan Es Timun. Ini pesanan yang sering kami pesan juga di Tenda Aceh
sih, bisa jadi perbandingan juga buat kami.
Selagi menunggu pesanan datang, kami
disuguhi sepiring kudapan, ada Timphan
dan satu lagi saya ga tau namanya . Kami sempat mencoba Timphan-nya. Timphan ini
kudapan dari tepung beras berisi sarikaya dan beraroma nangka yang dibungkus
dengan daun pisang muda. Rasanya kenyal dan gurih. Ga lama kemudian, Es Timun
yang pertama kali terhidang di meja beberapa saat sebelum Adzan. Disajikan
dalam gelas tinggi dan dingin berisi timun yang di kerok, namun tanpa tambahan sirup
berwarna, tapi cukup menggoda. Rasanya juga cukup segar, tapi kalau mau nyedot
mesti tarik napas ala yoga (lebay dikiiit) gara-gara ga dikasih
sendok, cuma sedotan yang agak besar. Hhehe.. jadi mesti minta sendok dulu sama
pelayannya.
Ga
lama kemudian Nasi Goreng Kambing
tersaji lengkap dengan topping telur dadar, irisan tomat, irisan timun, dan
emping melinjo. Ga lupa disertakan juga semangkuk kecil asinan bawang merah
pendamping khas makanan Aceh. Enak, terasa pedas khas Aceh, meskipun tidak
terlalu kuat rasa daging kambingnya. Meskipun porsinya terlihat biasa, ternyata
setelah dimakan terasa sekali kalau ternyata porsinya cukup besar dan
mengenyangkan, bahkan untuk ukuran perut laki-laki.
Mie Aceh Rebus Special untuk saya terhidang
terakhir. Tersaji dalam mangkuk sedang, kuah merah dan aromanya yang khas
menggoda sekali minta segera diseruput. Dengan embel-embel ‘special’, Mie Aceh
ini tersaji lengkap dengan daging sapi dan udang. Seafood ga bisa jauh-jauh dari saya, hehehe. Di piring kecil yang
terpisah disertakan pula emping melinjo dan timun sebagai pelengkap. Rasanya cukup
pedas, seperti kebanyakan makanan Aceh, rasa kuahnya yang seperti Kari terasa bumbunya,
mie-nya berwarna kuning, bulat, dan cukup besar, dan dengan tambahan asinan
bawang merah menambah asam segar Mie Aceh.
Untuk Nasi Goreng Kambing dan Mie
Aceh Rebus Special masing-masing dibanderol dengan harga Rp. 20.000, sedangkan
Es Timun seharga RP.10.000, dan untuk Timphan cukup merogoh kocek Rp. 2.500. Overall, kami suka sih. Bumbu dan
rasanya terasa masakan asli Aceh, menunya juga beragam. Mungkin lain kali kami
bisa mencoba menu yang lain. Oia, ternyata resto ini gaul juga. Meskipun
bangunannya sederhana, tapi mereka memanfaatkan fasilitas media online untuk mengembangkan sayap, mereka
punya blog (meskipun sudah ga update lagi sekarang), website, bahkan twitter!
Saya sendiri baru sadar gara-gara tweet saya tentang RM Aceh Seulawah di retweet langsung sama mereka. Gahool..
mehehe..
Location
RM. Aceh Seulawah
Jalan Bendungan Hilir No. 8, Jakarta Pusat
Depan RSAL Dr. Mintohardjo. Phone 021-5708660
Opening Hours
Monday – Sunday 10.00 – 22.00
infox bagus mksh gan..
ReplyDeletehttp://www.saesalera.com/product/view/41/obat-jerawat
Kedengerannya enak :9
ReplyDeletehttp://dompetlipet.blogdetik.com
Wah baru tau blognya bisa di denger :p Enak emang. Udah cukup terkenal juga ini rumah makan
ReplyDeleteblog mu ada bunyinya.. :))
ReplyDelete