Picture belong to detik.com |
Setelah berkeliling ke beberapa FO, akhirnya kami makan
di salah satu tempat makan yang ada di situ, Warung Misbar. Kami tertarik dengan nama, penampilan si ‘warung’,
dan banyaknya tamu yang datang. Bukan benar-benar warung sih, lebih ke
restauran dengan konsep yang ala bioskop tempo dulu. Misbar sendiri adalah
akronim dari kata ‘gerimis bubar’. Istilah ini dipakai untuk menonton film
layar tancap yang biasanya dilakukan di suatu arena terbuka saat malam hari.
Jadi kalau hujan datang, bubar deh para penonton meninggalkan arena layar
tancap. Kegiatan ini dulu banyak bermunculan, biasanya ada saat pasar malam,
ketika belum banyak bermunculan bioskop modern seperti sekarang ini. mungkin
sekarang masih ada di beberapa tempat di daerah pedesaan. Nah, suasana
sepertilah yang diangkat Warung Misbar ini, tapi bedanya ga akan lari bubar
barisan karena kehujanan, karena lokasinya indoor.
Bagian depan Warung Misbar dihiasi dengan poster-poster
film jadul, tetapi judul film berganti dengan menu-menu yang ada di warung ini.
Kemudian ada teralis pembatas antrian dan begitu kita masuk kita seperti di
seret ke beberapa tahun silam. Warung Misbar cukup luas dengan nuansa warna
yang cerah dan banyak tempelan poster film yang hits di era ’70 - ‘80an lengkap dengan lukisan aktor-aktris top di
masanya. Di bagian kiri ada berbagai macam makanan dan disebelahnya berderet booth lawas yang menjual makanan/minuman
lawas seperti cincau, es dawet, kerak telor, dan kawan-kawannya. Sedangkan di
sisi kanan pintu masuk, terdapat layar besar dengan tempat duduk ala mini
stadium di hadapannya. Layar ini bukan cuma sekedar hiasan, tetapi benar-benar
memutar cuplikan film-film hits dimasanya dan film-film dokumenter Bandung
tempo dulu. Cuplikan? Ya, karena berdasarkan info yang saya dapat, filmnya di
dapat dari Cinematex, sehingga tidak boleh tayang full. Saat kami ke sana
sedang memutar salah satu film alm. Benyamin S. Sisanya disediakan tempat duduk
dan meja makan kayu polos, tetap dengan konsep oldschool-nya.
Di sini terdapat beragam pilihan menu, disediakan sekitar
50 jenis makanan yang disajikan ala warteg/ampera/prasmanan dengan menu-menu
Indonesia, khususnya Sunda dan Jawa. Kita bisa memilih sesuai selera dan
makanan yang perlu dihangatkan dapat segera dihangatkan oleh para koki.
Kemudian di bagian ujung, kita bisa memesan minum sekaligus menghitung harga
makanan kita. Dari situ kita mendapatkan struk dan nomor pesanan. Rasa
makanannya menurut kami cukup enak, sesuai dengan lidah Indonesia. Selain itu
kami juga menikmati suasana yang berbeda di restauran ini. Soal harga juga
cukup terjangkau, tergantung apa dan seberapa banyak yang kita makan juga sih.
Rata-rata kita bertiga merogoh kocek masing-masing sekitar Rp. 20.000 – Rp.
30.000. Setelah selesai kita bisa membayar langsung di kasir yang berada di
antara pintu masuk dan keluar. Sayangnya memang ketika pengunjung ramai, suara
dari film agak tenggelam, jadi mungkin yang terdengar hanya penonton yang
memilih duduk di bagian bagian stadium. But overall, saya cukup menikmati makanan dan suasana yang
disajikan ;).
Location
Warung Misbar
Jl. RE. Martadinata (Jalan Riau) No. 28 A
Bandung – Jawa Barat
Telp : (022) 2503957
Opening
Hours
Monday – Sunday 11.00 – 24.00 WIB
Artikel bagus dan informatif..:)
ReplyDeleteterima kasih :)
Deletedengan harga 30rb kita bisa dapat apa aja mba menunya , karna saya aga ragu banyak yg bilang disitu mahal2 :(
ReplyDeleteMaaf yah baru bisa balas, mungkin udah sempet kesana juga yah skrg.
DeleteKira-kira sih bisa dapat sekitar 2-4 menu, tergantung pilihannya..