Pages

Friday 24 November 2017

Eat Italian at Eatalia [Bandung]


Malam pertama pertambahan umur bersama seorang pria..
Kalau biasanya tahun-tahun lalu yang suka dateng ke kos dan ngasih surprise adalah si sissy Icha, kali ini ada yang berbeda. Banget. Ada lelaki asing tak asing yang kini terikat denganku. Lelaki baru dalam hidupku yang kini tinggal seatap-sekamar. Lelaki yang doyan bantal tiba-tiba begadang buat jadi orang pertama yang berdoa untukku seiring bertambahnya usia. Lelaki yang bilang, "aku ga ngasih surprise ya, yang", lalu pulang kantor bawa sekotak kue dan ngajak dinner biar aku ga perlu masak buat makan malam. Ih, si mas suamik being sensitive today :)

Setelah browsing kesana-kemari cari promo ulang tahun (heaa anaknya udah jadi mahmud prinsip hemat), akhirnya ujung-ujungnya kami memilih kembali ke Eatalia CafĂ© yang sebenarnya jaraknya cukup jauh dari rumah. But that’s okay, jadilah malam ini kita dinner di Eatalia.

Monday 4 July 2016

[Book Review] Sabtu Bersama Bapak by Adhitya Mulya


"Mungkin Bapak tidak dapat duduk dan bermain di samping kalian.

Tapi, Bapak tetap ingin kalian tumbuh dengan Bapak di samping kalian.
Ingin tetap dapat bercerita kepada kalian.
Ingin tetap dapat mengajarkan kalian.

Bapak sudah siapkan.
Ketika punya pertanyaan, kalian tidak pernah perlu bingung ke mana harus mencari jawaban.
I don’t let death take these, away from us.
I don’t give death, a chance.

Bapak ada di sini. Di samping kalian.
Bapak sayang kalian.”
________


Buku ini sudah masuk dalam daftar must-read sejak lama, sekitar 2 tahun lalu, setelah banyaknya bisikan-bisikan dari teman-teman dan berbagai review yang sempat saya baca. Akhirnya saya baru dapat kesempatan baca buku ini setelah membelinya beberapa bulan lalu. And I must say: I don't regret buying it! Malah bersyukur ga jadi modal pinjem. Hehehe.

Awalnya saya mengira bakal banyak mengharu biru baca buku ini, ternyata ga. Memang ada bagian yang bikin saya terharu, ada bagian yang bikin saya terkagum-kagum, namun tak disangka banyak bagian yang bikin saya ketawa-ketawa sendiri. Semakin terasa pula karena beberapa hal terjadi pula dalam kehidupan pribadi saya. 

Gaya penulisannya asik, santai, mengalir dan menyenangkan. Footnote yang dibuat beberapa memang bersifat informatif, tapi beberapa lainnya dibuat untuk menghibur. Beberapa karakternya memang terasa begitu sempurna, terutama karakter Bapak Gunawan dengan perencanaannya yang matang sempurna, nasehatnya yang mengena tanpa terasa menggurui. Karakternya terasa sempurna sebagai seorang yang cerdas, suami sekaligus ayah yang mengagumkan. Namun di sisi lain, bukan tak mungkin ada seseorang seperti ini, sejauh ini karakter-karakternya ga "mengganggu".

Yang pasti, dibalik gaya penulisannya, ada banyak nilai dan pelajaran yang bisa diambil. Belajar untuk menjadi seorang anak yang baik, belajar untuk menjadi orang tua yang baik, belajar menjadi atasan, belajar menghadapi situasi sehari-hari, bahkan belajar bersabar dan berusaha mencari cinta ;)

Saya pikir, buku ini bisa banget dijadikan bahan diskusi bareng dengan orang tua, saudara, termasuk untuk pasangan/calon pasangan hidup. Hehehe. Ah, diam-diam saya berharap punya copy video-video Bapak Gunawan juga :) 

Jadi semakin ga sabar juga nonton filmnya.

Friday 24 June 2016

[Book Review] Dilan: Dia Adalah Dilanku Tahun 1990 by Pidi Baiq


Berawal dari penasaran karena mendengar banyak rekomendasi untuk membaca buku ini, akhirnya mulailah saya membaca novel ini. 

Secara umum, ini novel ringan masa SMA dengan cerita yang membawa kita serasa kembali ke masa-masa SMA tahun 1990-an. Lucu buat 'cemilan' ringan disela-sela kesibukan. 

Dan.. mungkin seperti banyak orang lainnya, saya jatuh cinta. Jatuh cinta pada tokoh Dilan dan ide si penulis untuk membuat setiap kata-kata dan tingkah laku Dilan begitu menarik, lucu, dan membuat banyak orang jatuh cinta. Saya banyak ketawa karena Dilan. Di sisi lain cukup wah juga karena penulis 'berani' membuat beberapa pembaca (termasuk saya) sebal dengan tokoh utama (perempuan), yang umumya tokoh utama dibuat protagonis. 

Sayangnya sejauh ini hanya itu saja yang membuat saya jatuh cinta. Karena mungkin (kali ini) tidak seperti banyak orang lainnya yang telah membaca buku ini, saya merasa sangat terganggu dengan gaya bahasa dan penulisan novel ini. Saya merasa membaca rough draft. Untuk pertama kalinya, berkali-kali saya mengecek siapa editornya: editornya ngapain aja niih? pemilihan katanya suka ngaco - baku dan tidak baku bercampur jadi satu, rasanya persis seperti membaca diary yang ditulis waktu jaman smp/sma, penulisan hurufnya pun berantakan. Sebenarnya, kalau memang mau santai pun tidak apa, bahasa non formal sekalian tapi tetap terstruktur dengan bahasa yang rapi. Mungkin ini memang semacam 'keunikan' cara penulis - bagi yang menyukai gaya penulisannya - yang tidak cocok saja dengan saya. 

Buat saya sayang aja sih, ditengah rasa menikmati alur dan terhibur akan tokoh Dilan, harus gemas dengan tata bahasanya. Ini hanya pendapat saya pribadi, maaf bagi penggemar novel ini.

Saya akan tetap membaca buku kedua sih (Dilan Bagian Kedua: Dia Adalah Dilanku Tahun 1991). Bukan apa-apa, lebih karena.. Dilan :)

_____

UPDATE:
Denger-denger katanya bakal ada buku baru dari Pidi Baiq yang masih berhubungan dengan buku Dilan, tapi bukan serial lanjutan dari buku Dilan maupun Dilan Bagian Kedua. Saya expect banyak dari buku ini, - atau setidaknya saya berharap lebih dari buku ini dibandingkan dari buku seri Dilan. Karena kali ini, buku itu akan bercerita dari sudut pandang Dilan, seseorang yang punya pemikiran yang menarik, lucu, kemampuan menulisnya bagus, dan.. orang yang bikin saya penasaran kabarnya setelah membaca buku DIlan Bagian Kedua :) Apa kabar kamu, Dilan?

Sunday 6 March 2016

[Review] Saphaipae Hostel Bangkok


Akhirnya~ bikin review juga perjalanan ke Bangkok.. tahun lalu. Muehehe. Lebih baik terlambat lah ya daripada ga sama sekali. Mudah-mudahan aja review-an telat ini tetep bisa bermanfaat buat kalian yah :B

Jadi sebelum berangkat ke Bangkok, saya jadi gila browsing buat perencanaan yang seasik mungkin, baik buat bikin itinerary maupun cari tempat tinggal. Berdasarkan hasil browsing sana sini dan membandingkan sekitar 30 akomodasi di Bangkok, akhirnya saya dan teman-teman memutuskan tinggal di Saphaipae Bangkok. Pilihan ini juga setelah mempertimbangkan beberapa rekomendasi yang terpercaya, salah satunya Claudia Kaunang sebagai backpacker sekaligus penulis buku perjalanan.

Saturday 7 March 2015

Groovie Lunch at Sushi Groove


Sabtu pagi ini, kami sudah datang mencoba menyelinap masuk ke dalam salah satu mall yang berada di pusat kota Jakarta ini. Melipir ke pintu masuk karyawan, kami bergegas menuju ke lantai 8. Diawal weekend ini saya mengajak mba Nurul ikutan nonton bareng film Korea The Con Artist. Kebetulan saya dapet 2 tiket nonton premiere ;)

Karena pergi tanpa sarapan, akhirnya sebelum siang pun kami sudah kelaparan. Setelah keliling mall sambil berkontemplasi, mata kami jatuh ke salah satu resto sushi bernuansa hijau, Sushi Groove. Berbeda dari kebanyakan resto Jepang yang kuat banget nuansa Jepang-nya, resto ini tatanannya lebih ke arah fushion style resto, terkesan trendy dan casual dengan nuansa hijau dan cokelat. Di sisi kiri dipenuhi dengan meja kayu dan sofa, sedangkan di sisi kanan kursi tanpa sandaran berderet menemani meja kayu panjang di hadapannya. Begitu kita masuk, serta merta sang pelayan datang membawa menu book untuk kami.